MAKALAH KALIMAT FORMAL DAN INFORMAL



MAKALAH KALIMAT FORMAL DAN INFORMAL
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :
Munawir Aziz M.A.



Di Susun Oleh :
Abdus Shomad
Ah.Ainul Chadliq
Dina Rosyidatul Munawaroh
Durrotun Nafisah
M. Ma’ruf


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
 SEKOLAH TIGGI  AGAMA ISLAM  MATHALI’UL FALAH
(STAIMAFA)
TAHUN AKADEMIK 2012/2013


BAB I
PENDAHULUAN

A . LATAR BELAKANG
Sesuai dengan perkembangan zaman, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pula. Dalam perkembangan itulah diperlukan adanya acuan yang dapat dijadikan pedoman bagi para masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai perantara berkomunikasi. Tidak hanya dalam berkomunikasi saja, tetapi dalam hal tulis – menulis juga membutuhkan acuan.

            Kalimat baku adalah kalimat yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman.

 Kebakuan kalimat amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk.

            Kalimat baku sebenanya merupakan kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.[1]

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari kalimat baku dan tidak baku?
2. Apa cirri-ciri kalimat baku dan tidak baku?
3. Bagaimana penggunaan atau pemakaian kalimat baku dan tidak baku?




BAB II
PEMBAHASAN

A . PENGERTIAN
Pengertian tentang kalimat baku atau tidak baku masing-masing pakar memiliki definisi yang berbeda-beda tapi dari definisi tersebut saling berkaitan dan saling melengkapi, diantaranya :
1.      Bahasa baku atau bahasa standar adalah ragam bahasa yang berkekuatan sanksi sosial dan yang diterima masyarakat bahasa sebagai acuan atau model (Moeliono, 1989:43)

2.      Bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia, baik yang menyangkut ejaan, lafal, bentuk kata, struktur kalimat, maupun penggunaan bahasa (Junaiyah,1991:18)

3.      Bahasa baku ialah suatu bentuk pemakaian bahasa yang menjadi model yang dapat dicontoh oleh setiap pemakai bahasa yang hendak berbahasa secara benar (Moeljono, 1989:23).

4.      Bahasa baku atau bahasa standar ialah ragam bahasa atau dialek yang diterima atau dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundang-udangan, surat-menyurat resmi, dan berbicara didepan umum (Kridalaksana,1982:21)

Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahasa baku merupakan salah satu bentuk ragam bahasa.
2. Tercermin penggunaan kaidah yang benar (ejaan, lafal, struktur dan pemakaiannya).
3. Menjadi acuan atau model oleh masyarakat pemakai bahasa.
4. Digunakan dalam situasi resmi.
            Dari pengertian bahasa baku di atas, atau yang disebut dengan kalimat baku adalah kaliamat yang ditulis atau diucapkan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.[2]

           Sedangkan bahasa non baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.[3]

B. CIRI-CIRI  KALIMAT  BAKU  (STANDAR)  BAHASA INDONESIA
Sesuai dengan tata bahasa (Gramatikal) Ini berarti bahwa:
(a). Fungsi-fungsi suku kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek  , dan keterangan terlihat dengan jelas. Ketidak jelasan fungsi-fungsi tersebut. meragukan kebakuannya.
Misalnya          :Untuk mengetahui tinggi rendahnya pendidikan seseorang dapat dinilai dari cara dia berbicara.
Yang baku       : Tinggi rendah pendidikan seseorang dapat dinilai dari cara berbicaranya.

(b). Kalimat itu paling sedikit terdiri atas subjek dan  predikat , Kecuali kalimat perintah atau jawaban pertanyaan. Kalimat yang bersubjek saja atau berpredikat saja bukan kalimat yang baku.
Misalnya          : Demikian untuk dimaklumi. (Demikian harap maklum)
Yang baku       : Demikian, Bapak/Ibu/Sdr. maklum hendaknya.

(c). Kalimat itu dapat kita tata kembali (kita permutasikan) atas dasar frasa-frasanya. Kalimat yang tidak dapat kita permutasikan bukan kalimat yang baku.
Misalnya          : Soal itu saya kurang jelas.
Yang baku       : Soal itu bagi saya kurang jelas. (Bagi saya, soal itu kurang jelas)



(d). Suku kalimat tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
Misalnya          : Peristiwa itu perlu mendapat perhatian kita. Sehingga kita tidak menghadapi kesulitan pada masa yang akan datang.
Yang baku       : Peristiwa itu perlu mendapat perhatian, sehingga kita tidak menghadapi kesulitan pada masa yang akan datang.

(e). Suku-suku kalimat yang terdiri atas kelompok-kelompok kata, tersusun menurut kaidah yang berlaku.
Misalnya          : Yang membatasinya hanyalah badan sensor  film-film
yang boleh ditonton untuk segala umur.
Yang baku       :Yang membatasi film-film yang boleh ditonton untuk segala umur hanyalah badan sensor.

(f). Penggandaan subjek yang tidak berfungsi bukan kalimat yang baku.
Misalnya          : Penyusunan laporan ini kami mendapat bimbingan bapak dosen.
Yang baku       : Dalam menyusun laporan ini, kami mendapat bimbingan bapak dosen.

(g). Kalimat baku tidak mencampur adukkan dua pola struktur yang berbeda.
Misalnya          : Harga minyak dibekukan ataukah kenaikan secara luwes?
Yang baku       : Harga minyak dibekukan ataukah dinaikkan secara luwes?

(h). Kontaminasi (perancuan) struktural merupakan kalimat yang tidak baku.
Misalnya          : Dalam rapat itu membicarakan SPP.
Yang baku       : Rapat itu membicarakan SPP.

(i). Subjek tidak diawali: bagi, untuk, dengan, sebagai, pada ,kepada, dalam, di dalam, di, ke ,dan  dari
Misalnya          : Bagi yang belum mengerti boleh bertanya. 
                         Di tempat itu kekurangan beras.
                         Dengan naiknya gaji menyebabkan kenaikan harga.
                         Kepada para pemenang diberi hadiah.
Yang baku       :Yang belum mengerti boleh bertanya.
                         Tempat itu kekurangan beras.
                         Naiknya gaji menyebabkan kenaikan harga
                         Para pemenang diberi hadiah.

(j). Unsur-unsur gramatikal yang berasal dari dialek setempat dan bahasa daerah terhindar dari pemakaiannya.
Misalnya          : Duduklah yang baik !
Yang baku       : Duduklah baik-baik !

(k). Pola frasa verbal aspek + agens + verbal´ terpakai secara tertib.
Misalnya          : Surat itu saya sudah baca.
Yang baku       : Surat itu sudah saya baca.

(l). Hubungan antara kata kerja transitif dengan objek penderita tidak disisipi oleh kata depan (preposisi).
Misalnya          : Dengan ini, saya mengharapkan atas kehadiran Bapak/Ibu.
Yang baku       : Dengan ini, saya mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu.[4]

C. PEMAKAIAN
Bahasa Indonesia baku dipakai di dalam beberapa konteks.
Pertama, dalam komunikasi resmi, yaitu dalam surat-menyurat resmi atau dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi.
Kedua, dalam wacana teknis, yaitu dalam laporan resmi dan karangan ilmiah berupa makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan hasil penelitian.
Ketiga, pembicaraan di depan umum, yaitu ceramah, kuliah, khotbah.
Keempat, pembicaraan dengan orang yang dihormati, yaitu atasan dengan bawahan di dalam kantor, siswa dan guru di kelas atau di sekolah, guru dan kepala sekolah  di pertemuan-pertemuan resmi, mahasiswa dan dosen di ruang perkuliahan.[5]
D. FUNGSI BAHASA INDONESIA BAKU
Bahasa Indonesia baku mempunyai empat fungsi, yaitu:
pertama, pemersatu; kedua, penanda kepribadian; ketiga, penambah wibawa; dan keempat,  kerangka acuan.

Pertama, bahasa Indonesia baku berfungsi pemersatu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu.

Kedua, bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian. Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya.

Ketiga, bahasa Indonesia baku berfungsi penambah wibawa. Pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku. Di samping itu, pemakai bahasa yang mahir berbahasa Indonesia baku “dengan baik dan benar” memperoleh wibawa di mata orang lain.

Keempat, bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku itu menjadi tolok ukur pemakaian bahasa Indonesia baku secara benar.[6]

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi dari uraian di atas dapat di simpulkan sebagai berikut :
 Kalimat baku sebenanya merupakan kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.

Suatu kalimat bisa diklasifikasikan tidak baku bila kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Biasanya hal ini muncul dalam bahasa percakapan sehari-hari, bahasa tutur.

            Kalimat baku memiliki ciri-ciri sebagai berikut di antataranya :

            Fungsi-fungsi suku kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek  , dan keterangan terlihat dengan jelas.
            Kalimat itu paling sedikit terdiri atas subjek dan  predikat , Kecuali kalimat perintah atau jawaban pertanyaan. Subjek tidak diawali: bagi, untuk, dengan, sebagai, pada ,kepada, dalam, di dalam, di, ke ,dan  dari. Dan lain-lain sebagainya.
            Dan pemakaiannya sering di gunakan  dalam surat-menyurat resmi, untuk pembicaraan dengan orang yang dihormati( mahasiswa dan dosen di ruang perkuliahan),untuk ceramah, kuliah, khotbah, dan lain sebagainya.
            Begitulah sekiranya makalah dari kami, tentunya disana-sini masih banyak kekurangan dan membutuhkan banyak lagi perbaikan. Namun kami berharap semoga ini bermanfaat bagi pemakalah, pendengar, dan pembaca khususnya para pemakalah. Amin.

B. DAFTAR PUSTAKA

Bahasa Indonesia baku normal bab I pdf. Hal. 6



[2]Sumber: http://guru-umarbakri.blogspot.com/2009/06/artikel-kebahasaan.html
[3] Sumber: Bahasa Indonesia baku normal bab I pdf. Hal. 6
[4] Sumber: http://id.scribd.com/doc/55385367/Ciri-ciri-Kalimat-Baku
[5] Bahasa Indonesia baku normal bab I pdf. Hal. 10
[6] Bahasa Indonesia …………..hal. 8-9

Comments

Popular posts from this blog