MAKALAH METODOLOGI SAM’IYYAH SYAFAHIYAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Dosen pengampu mata kuliah:
Ust. Ali Subhan, MA
Disusun oleh:
Abdus Shomad
Elsa Mufidatul
Azizah
Jumbarsih
Ahmat Ainul
Chadliq
PRODI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB semestar V
STAI
MATHALI’UL FALAH
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Dalam sebuah pembelajaran bahasa
Arab bisa dikatakan berhasil apabila ada indikasi yang ditimbulkan dari
pembelajaran tersebut, sedangkan untuk mencapai hasil maksimal dari pembelajaran
tersebut, harus memiliki metode-metode yang efektif yang bisa diterapkan, seperti
halnya metode qowaid wa tarjamah, thariqah basyariyah, thariqah
Qir’ah dan lain-lain. Adapun metode-metode pembelajaran bahasa tersebut
sangat banyak sekali salah satunya adalah metode Sam’iyyah Syafahiyah
yaitu sebuah metode yang menerapkan tentang pendekatan pendengaran dan
berbicara. Dimana metode ini pernah dipraktekkan oleh tentara Amerika dalam
perang Dunia ke II untuk mempelajari bahasa negara yang dijajah negara
tersebut. Dan terbukti bahwa metode ini sangat efektif dalam pembelajaran
bahasa khususnya mengenai maharoh
istima’ dan kalam. Maka dari itu perlu adanya pemahaman yang lebih mendalam
untuk mengetahui makna serta praktek dari metode Sam’iyyah Syafahiyah tersebut
dalam pembelajaran bahaasa arab serta bagaimana cara pengaplikasiannya.
2.
Rumusan masalah
1)
Apa
pengertian metode Sam’iyyah Syafahiyah?
2)
Bagaimana
proses pelaksanaan metode Sam’iyyah Syafahiyah?
3)
Apa
kelebihan serta kekurangan metode Sam’iyyah Syafahiyah?
3.
Tujuan
1)
Untuk
mengetahui arti dari metodologi Sam’iyyah Syafahiyah dalam pembelajaran
bahasa Arab
2)
Untuk
mengetahui proses pelaksanaan metode Sam’iyyah Syafahiyah dalam
pembelajaran bahasa Arab
3)
Untuk
mengetahui kelebihan serta kekurangan metode Sam’iyyah Syafahiyah dalam
pembelajaran bahasa Arab
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sejarah singkat tentang metode Sam’iyyah Syafahiyah
Latar belakang
sejarah tentang metode Sam’iyyah Syafahiyah atau audiolingual seperti yang diungkapkan Tarigan
(1991: 125) bahwa pada tahun 1939 Universitas Michigan mengembangkan institut
bahasa Inggris pertama di Amerika Serikat, yang mengkhususkan diri dalam
pelatihan guru-guru bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan dalam pelajaran
bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. Direktur lembaga
tersebut, Charles Fries, memang terlatih dalam linguistik struktural, dan
beliau menerapkan prinsip-prinsip linguistik struktural itu pada
pengajar-pengajar bahasa. Universitas Michigan bukanlah satu-satunya
universitas yang terlihat dalam pengembangan kursus-kursus dan bahan-bahan bagi
pengajaran bahasa Inggris. Sejumlah program yang sama lainnya pun diadakan,
beberapa diantaranya adalah Universitas Georgetown dan Universitas Amerika di
Washington D.C. dan di Universitas Texas, Austin.
Munculnya
Metode Sam’iyyah Syafahiyah atau Audiolingual merupakan akibat dari
besarnya perhatian yang diberikan kepada pengajaran bahasa asing di Amerika
Serikat sampai akhir tahun 1950-an. Perlunya suatu perubahan radikal dan
pemikiran kembali metodologi pengajaran bahasa asing (yang kebanyakan masih ada
kaitannya dengan Reading Method) justru didorong oleh peluncuran satelit Rusia
yang pertama pada tahun 1957. Pemerintah Amerika Serikat mengikuti perlunya
upaya yang lebih intensif untuk mengajarkan bahasa-bahasa asing untuk
melindungi Amerika dari keterasingan kemajuan ilmiah yang dibuat di
negara-negara lain.[1]
2.
Pengertian Metode Sam’iyyah Syafahiyah
Sebelumnya akan kami jelaskan
terlebih dahulu apa itu metode? Secara bahasa Metode berasal dari Bahasa Yunani
“Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh yaitu berasal dari kata
'met' dan 'hodes' yang berarti melalui[2].
Sedangkan secara istilah adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.[3]
Menurut Acep Hermawan metode adalah tingkat perencanaan progam yang bersifat
menyeluruh yang berhubungan erat dengan langkah-langkah penyampaian materi
pelajaran secara prosedural, tidak saling bertentangan, dan tidak bertentangan
dengan pendekatan.[4]
Sedangkan Sam’iyyah Syafahiyah
secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu sami’a yasma’u sam’an[5]
dengan tambahan ya’ nasab yang memiliki arti mendengar. Adapun Syafahiyah
berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti yang dibibir, dimulut, atau dengan
lisan.[6]
Jadi metode Sam’iyyah Syafahiyah
adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran bahasa Arab
agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki dengan cara mendengarkan dan berbicara. Dengan
metode ini praktek-praktek penggunaan bahasa arab lebih ditekankan dan lebih
banyak menggunakan kosakata-kosakata dan berbentuk muhawarah.
Secara singkat penggunaan metode Sam’iyyah
Syafahiyah, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Metode
ini berangkat dari gambaran bahwa bahasa adalah seperangkat simbol-simbol suara
yang dikenal oleh anggota masyarakat untuk mengadakan komunikasi diantara
mereka. Maka tujuan pokok pembelajaran bahasa adalah memberi bekal kemampuan
bagi selain penutur arab agar mampu berkomunikasi aktif dengan penutur arab
dengan berbagai keterampilan dan dalam berbagai situasi.
2)
Guru
dalam mengajarkan keterampilan bahasa mengikuti urutan asli pemerolehan bahasa
pertama yaitu dari keterampilan mendengar dahulu baru kemudian menirukan
pembicaraan dan mengucapkan kata-kata, membaca dan terakhir mmenulisnya. Jadi
urutan empat keterampilan bahasa menurut metode ini adalah dimulai dari
istima’, kalam, qiro’ah, kitabah.
3)
Metode
ini didasarkan pada pandangan ahli Antropologi kebudayaan. Bahwasanya budaya
bukanlah sekedar bentuk seni atau sastra akan tetapi budaya merupakan gaya
hidup yang melingkupi kehidupan suatu kelompok yang berbicara dengan bahasa
mereka. Oleh sebab itu metode ini lebih banyak mengajarkan tentang percakapan
yang berlangsung seputar kebiasaan hidup yang melingkupi manusia, seperti
tentang makan, menyampaikan ucapan selamat, bepergian, pernikahan dan berbagai
macam bentuk kebudayaan.[7]
3.
Cara pengaplikasian
metode Sam’iyah Syafahiyah dalam
Pembelajaran Bahasa Arab
Secara umum setiap matode pasti
memiliki karakteristik dan langkah-langkah tersendiri, begitu juga dengan
metode Sam’iyah Syafahiyah (audiolingual), sebagaimana nama metode ini,
yaitu mendengarkan dan berbicara, maka dalam aplikasinya lebih menekankan dua
aspek ini dari pada dua aspek lainnya. Kemudian mengenai konsep
pengaplikasiannya dapat dibedakan menjadi dua langkah, yaitu langkah umum dan
langkah khusus :
1)
Langkah-langkah umum
a.
Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, lalu membaca
dan akhirnya menulis;
b.
Tata bahasa harus disajikan dalam
bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik situasi-situasi
sehari-hari;
c.
Latihan (drill/ al-tadribat)
harus mengikuti operant-conditioning seperti yang telah dijelaskan. Dalam hal
ini hadiah adalah baik diberikan;
d.
Semua unsur tata bahasa harus
disajikan dari yang mudah kepada yang sukar atau bertahap (garded
exercise/tadarruj/al-tadrib);
e.
Kemungkinan-kemungkinan untuk
membuat kesalahan dalam memberikan respon harus dihindarkan, sebab penguatan
positif dianggap lebih efektif dari pada penguatan negatif, atau biasa disebut
dengan prinsip “penghindaran kesalahan (error prevention/tajannub al-khata’)
2)
Langkah-langkah spesifik/khusus
a.
Pendahuluan, memuat berbagai hal
yang berkaitan dengan materi yang akan di sajikan baik berupa appersepsi, atau
tes awal tentang materi, atau yang lainnya.
b.
Penyajian dialog/bacaan pendek yang
dibacakan oleh guru berulang kali, sedangkan pelajar menyimaknya tanpa melihat
pada teksnya.
c.
Peniruan dan penghapalan
dialog/bacaan pendek dengan teknik meniru setiap kalimat secara serentak dan
menghapalkannya. Di dalam pengajaran bahasa, teknik ini dikenal dengan teknik “peniruan-penghapalan”
d.
Penyajian pola-pola kalimat yang
terdapat dalam dialog/bacaan yang dianggap sulit karena terdapat struktur atau
ungkapan-ungkapan sulit. Hal ini bisa dikembangkan dengan drill dengan teknik
ini dilatih struktur dan kosa kata.
Contohnya
sebagai berikut:
Drill yang mengganti satu unsur
Guru : S1 أنا تلميذ
Pelajar : R1
أنا تلميذ
Guru : (memberi penguatan dan rangsangan baru): S2
صحيح,...نحن...!
Pelajar : R2 نحن تلاميذ
Dan seterusnya.
Drill tanya jawab
Guru : S1 يكتب أحمد الدرس في الفصل
Guru : S2 ماذا يعمل أحمد؟
Pelajar : R1 يكتب الدرس
Guru : (memberi penguatan dan rangsangan baru): S3
صحيح, ...وأين يكتب أحمد؟
Pelajar : R2
في الفصل.
Dan seterusnya.
Drill menyatukan kalimat
Guru : S1
"إبراهيم لا يذهب إلى المدرسة",
"هو مريض" ...(لأن)
Pelajar : R1
إبراهيم لا يذهب إلى المدرسة لأنه مريض
Guru : S2
"إبراهيم
مريض", إبراهيم يقرأ الكتاب في بيته"...(لكن)
Pelajar : S2
إبراهيم مريض, لكنه يقرأ الكتاب في بيته
Dan lain-lain.
e.
Dramatisasi dari dialog/bacaan yang
sudah dilatihkan di atas pelajar yang sudah hapal disuruh mempergunakannya
(memperagakan) di muka kelas;
f.
Pembentukan kalimat-kalimat lain
yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang sudah dilatihkan;
g.
Penutupan (jika diperlukan)
misalnya dengan memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah. Dalam hal ini
pelajar disuruh belatih kembali dengan menggunakan pola-pola yag sudah
dipelajarinya di sekolah.[8]
4.
Kelebihan dan kekurangan metode Sam’iyyah Syafahiyah
Sebagaimana metode langsung, metode
audiolingual memiliki kelebihan dan kekurangan. Berdasarkan karakteristik
metode ini, kita bisa melihat beberapa aspek kelebihan dan kekurangannya:
Aspek
kelebihannya antara lain:
a.
Para
pelajar menjadi terampil dalam mebuat pola-pola kalimat yang sudah di-drill;
b.
Para
pelajar mempunyai lafal yang baik atau benar;
c.
Para
pelajar tidak tinggal diam dalam dialog tetapi harus terus menerus memberi
respon pada rangsangan yang diberikan oleh guru.[9]
Aspek
kelemahannya antara lain:
a.
Para
pelajar cenderung untuk memberi respon secara serentak (atau secara individual)
seperti “membeo”, dan sering tidak mengetahui makna yang diucapkannya. Respon
ini terlalu mekanistis;
b.
Para
pelajar tidak diberi latihan dalam makna-makna lain dari kalimat yang dilatih
berdasarkan konteks. Sebagai akibatnya mereka hanya menguasai satu makna atau
arti dari suatu kalimat, dan komunikasi hanya dapat lancar apabila
kalimat-kalimat yang digunakan diambil dari kalimat-kalimat yang sudah
dilatihkan di kelas, bahkan pengajaran struktur kalimat lebih menekankan aspek
reseptif;
c.
Sebetulnya
para pelajar tidak berperan aktif tetapi hanya memberikan respon pada
rangsangan yang diberikan oleh guru. Jadi gurulah yang menentukan semua latihan
dan materi pelajaran di kelas. Dialah yang mengetahui jawaban atas semua
pertanyaan yang diajukan di kelas. Dengan kata lain penguasaan kegiatan dalam
kelas dapat disebut “dikuasai sepenuhnya oleh guru”;
d.
Metode
ini berpendirian bahwa jika pada tahap-tahap awal para pelajar tidak/ belum
mengerti makna dari kalimat-kalimat yang ditirunya, tidak dianggap sebagai hal
yang meresahkan. Selanjutnya dengan menyimak apa yang dikatakan oleh guru,
memberi respon yang benar, dan melakukan semua tugas tanpa salah, pelajar sudah
dianggap belajar bahasa tujuan dengan benar. Jika dianalisa pendirian ini
kurang dapat diterima, sebab meniru tanpa mengetahui makna adalah suatu
aktivitas yang mubadzir. Kecuali itu, hapalan pola-pola kalimat dengan ucapan
yang baik dan benar belum berarti bahwa para pelajar dengan “sendirinya” akan
mampu berkomunikasi dengan wajar. Oleh sebab itu diperlukan bimbingan yang
intensif dalam mencapai kemampuan komunikasi ini.[10]
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pada dasarnya pengertian dari metode Sam’iyyah Syafahiah itu
sendiri adalah langkah atau
cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan meteri pelajaran bahasa kepada
peserta didik dengan dengan cara memaksimalkan pendengaran dan mulut. Yang
lebih menitik beratkan pada praktek-praktek langsung bahasa arab itu sendiri.
Sedangkan cara pengaplikasiannya lebih menekankan aspek istima’ dan kalam dari
pada aspek qiro’ah dan kitabah. Kemudian mengenai konsep
pengaplikasiannya dapat dibedakan menjadi dua langkah, yaitu langkah umum dan
langkah khusus.
Pada hakikatnya metode ini lebih
mengutamakan sisi pendengaran dan pengucapan, maka setiap materi yang diajarkan
harus diawali dari contoh yang di sajikan oleh guru, kemudian baru murid suruh
menirukan (stimulus respon).
Metode ini juga memiliki kelebihan yaitu siswa lebih terampil dalam
penggunaan bahasa arab, mempunyai lafal
yang baik dan benar dan tidak tinggal diam dalam dialog tetapi terus menerus
memberi respon pada rangsangan yang diberikan oleh guru.
Selain itu metode ini juga memiliki
kekurangan yang tidak sedikit seperti, siswa cenderung untuk memberi respon
secara serentak, tidak diberi latihan dalam makna-makna lain dari kalimat yang
dilatih berdasarkan konteks, siswa tidak berperan aktif tetapi hanya memberikan
respon pada rangsangan yang diberikan oleh guru, metode ini berpendirian bahwa
jika pada tahap-tahap awal para pelajar tidak/ belum mengerti makna dari
kalimat-kalimat yang ditirunya, tidak dianggap sebagai hal yang meresahkan.
2.
Daftar Pustaka
Dinas Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, Edisi Keempat, 2008 Cet.I,
(Jakarta: PT Gramedi Pustaka Utama)
Hermawan. Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 2011, cet.II,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset)
Musthofa. Bisri dan M. Abdul Hamid, Metode dan Strategi
Pembelajarn Bahasa Arab, 2012, Cet. II, (Malang: UIN-MALIKI PRESS)
Yunus. Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud
Yunus Wadzuriyah) tanpa tahun
Sumber Lain :
http://candrawesly.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-definisi-metode-menurut.html di akses pada
rabu, 15, oktober 2014 pukul 09:00 WIB
[1]
Bisri Mustofa. Abdul Hamid, Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab.
(Malang: UIN-MALIKI PRESS. 2012). Hlm 42
[2]http://candrawesly.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-definisi-metode-menurut.html di akses pada
rabu, 15, oktober 2014 pukul 09:00 WIB
[3]Dinas
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi
Keempat, Cet.I, (Jakarta: PT Gramedi Pustaka Utama, 2008), Hal.
[4] Acep Hermawan,
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, cet.II, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2011), hal. 168
[5] Mahmud Yunus, Kamus
Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah), hal. 179
[6] Ibid, hal. 200
[7] Bisri Musthofa
dan M. Abdul Hamid, Metode dan Strategi Pembelajarn Bahasa Arab, Cet.
II, (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2012), hal. 47-48
[8] Acep hermawan,
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung, PT REMAJA
ROSDAKARYA,2010),Hal. 188-190.
[9] Acep Hermawan,
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2011). Hlm:
[10]
Ibid.
semangaat...
ReplyDeleteLuar biasaaaaaa
ReplyDeleteSyukron Jazilan
ReplyDelete