ALIRAN FILSAFAT RASIONALISME


“ALIRAN FILSAFAT RASIONALISME”
Oleh : NI MADE SUTRIANI / SEM : II / A / 39
Program Studi Pendidikan Agama Hindu
Fakultas Pendidikan Agama Dan Seni
Universitas Hindu Indonesia Denpasar 2012
ALIRAN FILSAFAT RASIONALISME
A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan modern ini, filsafat bisa diartikan sebagai ilmu yang berupaya memahami semua hal yang muncul di dalam keseluruhan ruang lingkungan pandangan dan pengalaman umat manusia. Perkembangan dan perubahan zaman ke zaman memiliki corak dan ciri yang berbeda, kondisi ini cenderung memacu manusia untuk selalu berfikir mencari nilai kebenaran itu namun, karena ada perbedaan cara pandang dalam menafsirkan kebenaran tersebut, maka belum ada kesepakatan mengenai hakikat dan difinisi filsafat.
Filsafat telah berhasil mengubah pola pikir bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para dewa. Karenanya para dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah dengan adanya filsafat, pola pikir yang selalu bergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang bergantung pada rasio. Kejadian alam, seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan dan bumi berada pada garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kata philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang dan suka, serta kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan ( Hamdani Ali,1986:7).
  1. Hasan Shadily (1984:9) mengatakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian, dapat ditarik pengertian bahwa filsafat adalah cinta pada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi, orang yang berfilsafat adalah orang yang cinta kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
  2. Sudarsono(1993:11-12) mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
  3. Rene Descrates, filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
  4. Langeveld, filsafat adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang menentukan, yaitu masalah-masalah yang mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian, dan kebebasan.
  5. Plato, filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
2. Aliran-aliran Filsafat
Menurut Praja (2003:91-189) ada 10 aliran dalam filsafat, yaitu.
  1. Rasionalisme, merupakan aliran filsafat yang sangat mementingkan rasio. Dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar rasio.
  2. Empirisme, aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
  3. Kritisisme, merupakan aliran filsafat yang menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda corak dengan rasionalisme yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak.
  4. Idealisme, adalah aliran filsafat yang menganggap bahwa realitas ini terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan.
  5. Positivisme. Positivisme berasal dari kata “positif”, yang artinya dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta, menyelidiki fakta-fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Pengetahuan tidak boleh melebihi fakta. Positivisme hanya, mengandalkan fakta-fakta belaka bukan berdasarkan pengalaman, seperti empirisme.
  6. Naturalisme, merupakan paham yang berpendirian bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan suci dan dianugerahi dengan potensi insaniyah yang dapat berkembang secara alamiah. Karena itu, pendidikan pada dasarnya sekedar merupakan suatu proses pemberian kemudahan agar anak berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya.
  7. Materialisme, merupakan aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Faham materialisme ini tidak memerlukan dalil-dalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataan-kenyataan yang jelas dan mudah dimengerti.
  8. Intusionalisme, adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi termasuk salah satu kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada penalaran dan tidak bercampur aduk dengan perasaan.
  9. Fenomenalisme, adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Seorang Fenomenalisme suka melihat gejala, berbeda dengan seorang ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta membuat hukum-hukum dan teori. Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti.
  10. Sekularisme, merupakan suatu proses pembebasan manusia dalam berpikirnya dan dalam berbagai aspek kebudayaan dari segala yang bersifat keagamaan dan metafisika, sehingga bersifat duniawi belaka. Sekularisme bertujuan memberi interpretasi atau pengertian terhadap kehidupan manusia tanpa percaya kepada Tuhan, kitab suci dan hari kemudian.
Dari bermacam aliran filsafat diatas, yang berpengaruh akan perkembangan ilmu pengetahuan yang menjadi ciri terbentuknya masyarakat modern adalah Rasionalisme. Aliran ini mengutamakan daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran. Lebih lanjut mengenai aliran Rasionalisme akan dibahas pada bagian dibawah ini.
3.      Aliran Rasionalisme
a. Pengertian Pokok
Secara etimologis Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism. Kata ini berakar dari kata bahasa Latin ratio yang berarti “akal”. Menurut A.R. Lacey bahwa berdasarkan akar katanya Rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.
Sementara itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan. Ia menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi. Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal yang memenuhi syarat semua pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya dipakai untuk mempertegas pengetahuan yang diperoleh akal. Akal tidak memerlukan pengalaman. Akal dapat menurunkan kebenaran dari dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas-asas pertama yang pasti.
Rasionalisme tidak mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman hanya dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Karenanya, aliran ini yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide, dan bukannya di dalam barang sesuatu. Jika kebenaran bermakna sebagai mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal saja.
Kaum Rasionalisme mulai dengan sebuah pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas dan pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun manusia tidak menciptakannya, maupun tidak mempelajari lewat pengalaman. Ide tersebut kiranya sudah ada “di sana” sebagai bagian dari kenyataan dasar dan pikiran manusia.
Dalam pengertian ini pikiran menalar. Kaum rasionalis berdalil bahwa karena pikiran dapat memahami prinsip, maka prinsip itu harus ada, artinya prinsip harus benar dan nyata. Jika prinsip itu tidak ada, orang tidak mungkin akan dapat menggambarkannya. Prinsip dianggap sebagai sesuatu yang apriori, dan karenanya prinsip tidak dikembangkan dari pengalaman, bahkan sebaliknya pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau dari prinsip tersebut.
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu seratus persen pasti dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.
Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran. Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu alam. Maka tidak mengherankan bahwa pada abad-abad berikut orang-orang yang terpelajar Makin percaya pada akal budi mereka sebagai sumber kebenaran tentang hidup dan dunia. Hal ini menjadi menampak lagi pada bagian kedua abad ke XVII dan lebih lagi selama abad XVIII antara lain karena pandangan baru terhadap dunia yang diberikan oleh Isaac Newton (1643 -1727). Berkat sarjana Fisika Inggeris ini yaitu menurutnya Fisika itu terdiri dari bagian-bagian kecil (atom) yang berhubungan satu sama lain menurut hukum sebab akibat. Semua gejala alam harus diterangkan menurut jalan mekanis ini. Harus diakui bahwa Newton sendiri memiliki suatu keinsyafan yang mendalam tentang batas akal budi dalam mengejar kebenaran melalui ilmu pengetahuan. Berdasarkan kepercayaan yang makin kuat akan kekuasaan akal budi lama kelamaan orang-orang abad itu berpandangan dalam kegelapan. Baru dalam abad mereka menaikkan obor terang yang menciptakan manusia dan masyarakat modern yang telah dirindukan, karena kepercayaan itu pada abad XVIII disebut juga zaman Aufklarung (pencerahan).
b.   Tokoh-tokoh Aliran Rasionalisme.
Dalam perkembangannya Rasionalisme diusung oleh banyak tokoh, masing-masing dengan ajaran-ajaran yang khas, namun tetap dalam satu koridor yang sama. Tokoh-tokoh rasionalisme pada abad XVII adalah: Rene Descartes (1596 -1650), Nicholas Malerbranche (1638 -1775), Baruch De Spinoza (1632 -1677 M), Gottfried Wilhelm von Leibniz (1946-1716), Christian Wolff (1679 -1754), Blaise Pascal (1623 -1662 M)
Sedangkan pada abad XVIII dikenal nama-nama seperti Voltaire, Diderot dan D’Alembert.
C.     PENUTUP
Dalam kehidupan modern, filsafat telah berhasil mengubah pola fikir manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Filsafat memberikan landasan filosofi dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Dalam perkembangannya, filsafat terbentuk menjadi sepuluh aliran diantaranya adalah Aliran Rasionalisme. Aliran ini berpandangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal.
Aliran Rasionalisme merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu alam yang menjadi pemicu terbentuknya manusia dan masyarakat modern dan ilmiah dewasa ini.
————————————————————————————————-
DAFTAR PUSTAKA


Comments

Popular posts from this blog